Sidoarjo

Musala 3 Lantai Ambruk di Ponpes Al Khoziny, Santri Ternyata Ikut Jadi Tukang Cor

65
×

Musala 3 Lantai Ambruk di Ponpes Al Khoziny, Santri Ternyata Ikut Jadi Tukang Cor

Sebarkan artikel ini

Sidoarjo, Bina TV – Tragedi ambruknya musala di Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, pada Senin (29/9), mengungkap fakta mengejutkan. Beberapa santri rupanya ikut terlibat dalam proses pembangunan musala, bahkan sampai menjadi tukang cor.

Peristiwa nahas itu terjadi ketika para santri sedang menunaikan salat berjemaah di dalam musala. Salah satu korban selamat, Muhammad Rijalul Qoib, menuturkan bahwa bangunan tersebut sebenarnya masih dalam tahap pengecoran atap.

“Awalnya ada yang krek bocor mau ngecor paling atas. Nah terus itu langsung full, tidak diisi setengah. Jadi bahan-bahan di bawahnya tidak kuat,” ujarnya.

 Santri Jadi Tukang Cor Sebagai Hukuman

Pengakuan serupa datang dari Sulaiman (18), santri lainnya. Ia mengungkap, para santri sering kali diminta membantu pembangunan fasilitas pesantren sebagai bentuk hukuman. Termasuk pada pembangunan musala tiga lantai yang ambruk sore itu.

“Cuma apa kayak hukuman, misal enggak ikut kegiatan itu nanti disuruh bantuin ngecor gitu,” kata Sulaiman, Selasa (30/9) malam.

Hal itu dibenarkan oleh seorang wali santri asal Pandaan, Pasuruan, bernama Noer. Ia mengatakan, keponakannya, Saugik, bahkan bertugas melakukan pengecoran atap ketika insiden terjadi. Akibatnya, Saugik mengalami retak di tangan kanannya.

“Dia bagian ngecor. Iya, yang ngecor santri,” kata Noer.

Bangunan Belum Rampung, Sudah Difungsikan

Rijalul menambahkan, musala tersebut sejatinya masih dalam proses pembangunan dan direncanakan terdiri dari tiga lantai. Namun, meski belum rampung, musala itu sudah digunakan untuk kegiatan keagamaan santri, seperti salat berjemaah dan mengaji.

“Denger suara seperti material jatuh retak-retak, tambah lama tambah keras akhirnya jatuh di atas, lantai lain juga ikut jatuh,” terangnya.

Salah satu pengasuh Ponpes Al Khoziny, KH Abdus Salam Mujib, membenarkan bahwa musala ambruk saat proses pengecoran atap. Ia menduga penopang bangunan tidak kuat menahan material cor.

“Sepertinya penopang cor itu tidak kuat. Jadi seperti menopang ke bawah,” ujarnya. Ia menyebut, pembangunan musala sudah berjalan sekitar 10 bulan.

Respons Menteri Agama

Menanggapi kejadian ini, Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar yang meninjau langsung lokasi mengaku prihatin. Ia tidak menampik bahwa di banyak pesantren, santri memang kerap dilibatkan dalam pembangunan fasilitas pondok.

“Ya, saya enggak tahu sampai di situ ya (santri disuruh ngecor). Tapi yang jelas, banyak pondok pesantren yang dibangun juga menggunakan cara-cara yang biasa dilakukan di pesantren,” ucap Nasaruddin.

Namun, Menag menegaskan ke depan pembangunan pondok pesantren maupun madrasah harus sesuai standar.

“Tapi InsyaAllah ke depan kita akan menciptakan suatu kondisi bagaimana supaya pembangunan pondok pesantren itu sesuai dengan standar dan peraturan yang berlaku. Kan kita sudah punya standarnya,” tegasnya.

Korban Luka

Dari data sementara, beberapa santri mengalami luka-luka akibat tertimpa reruntuhan, salah satunya retak tulang tangan. Hingga kini, pihak pesantren bersama aparat terkait masih melakukan pendataan jumlah korban dan evaluasi pembangunan. (red)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *