Jakarta – Satuan Tugas Penanganan Covid-19 menegaskan rencana kedatangan vaksin corona asal perusahaan farmasi Inggris, AstraZeneca bakal tetap sesuai jadwal semula yakni bertahap hingga mencapai 11.740.800 dosis vaksin sampai Mei 2021.
Rencana itu tetap sesuai target awal meskipun AstraZeneca sempat menimbulkan polemik soal status halal vaksin. Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyatakan vaksin tersebut mengandung enzim tripsin dari pankreas babi, tapi statusnya mubah atau boleh digunakan dalam kondisi darurat pandemi Covid-19.
“Sejauh ini belum ada perubahan jadwal kedatangan vaksin AstraZeneca,” kata Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito dalam konferensi pers yang disiarkan melalui kanal YouTube BNPB Indonesia, Kamis (25/3).
Sementara berdasarkan data Kementerian Kesehatan, Indonesia menargetkan bakal mendatangkan total 82.800.000 dosis vaksin hingga Maret 2022 mendatang. Vaksin AstraZeneca tersebut saat ini tengah digunakan untuk vaksinasi tahap kedua yang menyasar warga lanjut usia (lansia) dan petugas pelayanan publik.
Dengan kondisi itu, Wiku menegaskan rencana jumlah vaksin yang akan didatangkan ke Tanah Air akan tetap sama seperti rencana yang pernah disampaikan Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi pada 8 Maret lalu.
“Dengan demikian, kedatangan AstraZeneca dan jumlah dosisnya masih sama seperti yang telah disampaikan saat konferensi pers kedatangan vaksin tersebut,” pungkas Wiku.
Sementara Ketua Komisi Fatwa MUI Hasanuddin Abdul Fatah sebelumnya menyatakan izin mubah tersebut akan dicabut saat Indonesia mulai kedatangan vaksin merek lain dengan hasil kajian halal dan suci.
Ia mencontohkan, misalnya vaksin dari perusahaan Pfizer atau Novavax halal, maka izin halal AstraZeneca akan dicabut–sampai ada kajian baru atau pembaharuan komponen yang terkandung dalam AstraZeneca.
Pemerintah sendiri sudah menjalin komitmen dengan perusahaan farmasi negara lain untuk mendatangkan sekitar 426 juta dosis vaksin untuk 181,5 juta penduduk Indonesia. Rinciannya 125,5 juta vaksin dari perusahaan China Sinovac.
Kemudian 74 juta dosis vaksin dari Novavax; 82.8 juta dosis vaksin dari perusahaan farmasi Inggris, AstraZeneca; 66,4 juta dosis vaksin dari Pfizer; serta 78 juta dosis vaksin melalui skema kerjasama multilateral Aliansi Global untuk Vaksin dan Imunisasi (GAVI) COVAX Facility. Fasilitas tersebut merupakan kerja sama pengembangan vaksin antara Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan GAVI. (cnni/int)